Selamat tiba nenek tua,
Mulut mungil menyapa mesra
lalu langkah kaki tua itu termati,
Di bumi seribu bunganya,
Di langitnya seribu jingga,
Merentas jauh si kelana bingung dari Siberia,
Melewati tanpa makna susur banjaran luka,
Kau carilah penawar kebah,
Yang mengalir santak ke akal,
dari lompong tasik Baikal yang rebah,
Dibalut cinta mewah yang tak bisa kekal.
Sarunglah baju pecah haba,
Saat emping salji berderai di dada,
Inilah kota seribu perintah,
Tak gempur dek seorang sang penjajah.
Dari gereja uzur Suzdal ke Vladimir,
Dari Yaroslavl ke kubu usang terpinggir,
Mulut mungil menyapa mesra
lalu langkah kaki tua itu termati,
Di bumi seribu bunganya,
Di langitnya seribu jingga,
Merentas jauh si kelana bingung dari Siberia,
Melewati tanpa makna susur banjaran luka,
Kau carilah penawar kebah,
Yang mengalir santak ke akal,
dari lompong tasik Baikal yang rebah,
Dibalut cinta mewah yang tak bisa kekal.
Sarunglah baju pecah haba,
Saat emping salji berderai di dada,
Inilah kota seribu perintah,
Tak gempur dek seorang sang penjajah.
Dari gereja uzur Suzdal ke Vladimir,
Dari Yaroslavl ke kubu usang terpinggir,
Rabunkah nenek
pada uban di rambut kaca?
Lupakan warna Petersburg atau dingin Moscownya,
Dan tika wajahmu disinari suria Kostroma,
Kau simpan saja usiamu di muzium lama.
**********
swakarya: Rash Rozhams
Dan tika wajahmu disinari suria Kostroma,
Kau simpan saja usiamu di muzium lama.
**********
swakarya: Rash Rozhams
